Friday March 20, 2015. Nama latin kelapa sawit adalah Elais guinensiss Jacq. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak dibudidayakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman yang tergolong ke dalam family palmae ini menjadi tanaman penghasil minyak kelapa sawit. Aerasitanah menjadi buruk, ketercukupan oksigen tanah menurun, sehingga tanahnya mudah gersang. Beberapa sebab di atas tentu saja tidaklah diinginkan oleh petani. Dan sebagai petani harus mengenal jenis-jenis gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit/kecil. 1. Jenis Gulma Berdaun Lebar. Gulma berdaun lebar biasanya disebut sebagai broadleaves. sehatalamis, pengenalan ordo serangga yuanaayo blogspot com, nama nama hewan dalam bahasa inggris dan gambarnya naga pena, bab iii taksonomi serangga depan elisa, 700 nama bayi perempuan islami terbaik lengkap dengan, jenis jenis penyu dan ciri cirinya paling lengkap nama, macam macam gulma kelapa sawit beserta nama umum, ciri ciri umum Klasifikasilaba-laba dan nama latin laba-laba Hewan ini adalah se jenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan— dimasukkan Selasa 23 Januari 2018, 08:59 WIB. Gulma pakis cenderung dipertahankan keberadaannya di kebun kelapa sawit. | Sumber Foto:Humas IPB. AGRONET - Gulma pakis dengan nama ilmiah Nephrolepis Biserrata memiliki manfaat sebagai tanaman penutup tanah. Memiliki pertumbuhan yang tidak terlalu cepat, tumbuh berupa perdu, dan keberadaannya tidak banyak perbedaan proses pasca panen antara metode honey dan natural adalah. Gulma merupakan tumbuhan nan dapat bertaruk damping dimana saja, sahaja keberadaannya dahulu tak diinginkan di areal perladangan. Sreg tanaman nyiur sawit gulma akan bersilaju dalam mendapatkan atom hara, kilauan, iklim mikro, menyempal susukan drainase nan dapat menyebabkan areal terendam air, hingga mengalutkan evakuasi hasil panen dan pada jadinya mengedrop produktifitas kebun. Pertumbuhan gulma puas Tanaman Belum Menghasilkan TBM akan sangat cepat dikarenakan kebulatan hati cahaya nan sampai meres persil masih tinggi dan memicu perkecambahan benih-sperma gulma yang terwalak di sekitar pertanaman. Tipe gulma yang tumbuh dominan sreg perkebunan kelambir sawit berbeda antara suatu tempat dengan tempat lainnya, dominansi gulma disebabkan adanya perbedaan karakteristik lingkungan antara satu gelanggang dengan kancah lainnya. Variasi gulma puas tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan pada lahan basah/gambut berbeda dengan gulma yang tumbuh sekitar kelapa sawit yang dibudidayakan di lahan kering, sehinggga penanganan nan dilakukan juga farik. Penanganan gulma terjemur pada fisiologis dan keberagaman gulma, kararakteristik lahan serta umur tanaman. Jenis-variasi gulma yang tumbuh pada lahan kering rata-rata adalah gulma berdaun tumpul pisau seperti Mikania micrantha, Ageratum conyzoides, Asystasia gangetica, Borreria alata tunggul/momongan kayu dan gulma berdaun sempit. Sedangkan dilahan basah pada galibnya didominasi oleh gulma berdaun sempit, paku dan teki. Pengendalian gulma yang baik dilakukan dengan teknik pengelolaan yang tepat, ramah lingkungan dan ekonomis sehingga dapat meluangkan mileu nan baik untuk tumbuh pohon Kelapa Sawit. Pengendalian gulma sangat perlu mengarifi karakteristik gulma, fisiologis gulma, pertumbuhan gulma serta ketersediaan alat pengendali yang dimiliki. Disisi tidak gulma juga merupakan tempat berkembangnya ki aib dan hama atau disebut umpama tanaman inang kerjakan OPT. Beberapa gulma nan berbunga dan menghasilkan nectar bisa menjadi tempat hidupnya serangga peredator atau tempat berkembangnya peredator, sehingga pengelolaan gulma nan bijak dapat menguntungkan orang tani pertanaman kelapa sawit. Pengelolaan gulma di area piringan berlainan dengan di daerah gawangan, pengelolaan di area yang tepat sangat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan kerambil sawit kedepannya. Tata gulma nan baik dilakukan sesuai dengan kebutuhan daerah, puas petak kelapa sawit disetiap bagian/negeri dilakukan dengan kaidah yang farik. Pengendalian gulma di provinsi piringan harus belalah dilakukan dengan tujuan lakukan mencegah terjadinya persaingan unsur hara dan cuaca. Gulma yang sering mengganggu di area piringan yaitu gulma yang pertumbuhannya merambat, contohnya sembung rambat atau Mikania micrantha, apalagi legume cover crops dapat dikategorikan sebagai gulma bila tumbuh di area piringan. Daerah piringan Tanaman menghasilkan juga disarankan supaya ter-hormat-benar sejati karena guma di piringan boleh mengganggu saat pemanenan. Pengendalian gulma di daerah piringan boleh dilakukan dengan pause setiap 4-8 minggu atau sesuai dengan kondisi di lapangan. Pengendalian gulma di area piringan disarankan dengan menunggangi cara manual atau mekanik, karena bila dilakukan dengan ilmu pisah/herbisida dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit. Pada tanaman menghasilkan terdapat gulma nan tumbuh di bagian layon kerambil sawit contohnya pakis, anak asuh gawang dan gulma patera tumpul pisau lainnya sehingga akan menganggu saat penuaian serta medan tersisipnya brondolan buah sawit. Brondol yang tersisip di area batang dan di petak harus di rebut karena bila tidak di ambil selain terjadi kehilangan hasil penuaian, brondol yang tumbuh akan menjadi gulma. Penyelenggaraan gulma di provinsi gawangan Inter-row mesti diperhatikan karena area tersebut merupakan kewedanan perkembangan peredator alami bahkan inang bagi OPT, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi dalam pengendaliannya. Gulma ringan seperti Ottochloa nodosa, Paspalum conyugatum, Axonopus compresus, Cynodon dactylon, Digitaria fuscense dll boleh di ketenangan, sedangkan anak tiang, alang-alang, teki, mikania dan gulma tidak yang perkembangannya cepat dan mendominasi harus dikendalikan. Pengendalian gulma pada kewedanan gawangan disarankan menggunakan cara mekanis dan dilakukan dengan selektif. Apabila secara ekonomis lain bisa jadi dilakukan dengan mekanis maka dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida kontak maupun sistemik. Pengendalian gulma pada lahan miring disarankan kerjakan menggunakan herbisida kontak dan tidak menggunakan herbisida sistemik, karena permikaan petak mudah terjadi erosi. Contoh herbisida kontak yang biasa digunakan ialah berbahan aktif merupakan Paraquat. Herbisida Paraquat efektif cak bagi mengndalikan gulma ringan berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Asystasia gangetica, Borreria alata, berdaun sempit Ischaemum timorense Ottochloa nodosa Setaria plicata. Herbisida Paraquat saja menyelesaikan di bagian gulma di atas kapling sehingga tak menyebabkan erosi, saja dalam penggunaanya harus dilakukan oleh aplikator/petugas yang bersertifikat karena Paraquat teragendakan n domestik racun hama terbatas pakai. Untuk variasi gulma yang mempunyai perkembangan vegetatifnya di n domestik tanah seperti ilalang atau teki dapat dikendalikan dengan menggunakan herbisida sistemik contohnya Glyfosat dengan kaidah wiping atau stop–spot menyesuaikan kondisi gulma dengan dosis seuai anjuran. Bakal pengendalian anak kayu dan gulma daun tumpul pisau dapat menggunakan herbisida berbahan aktif Triklopir maupun 2,4-D Dimetil Amina semata-mata kerjakan pengusahaan 2,4-D disarankan bikin tanaman nan lebih dari 48 bulan. Pengendalian gulma menggunakan herbisida perlu kehati-hatian dengan dosis nan dianjurkan dikarenakan kesalahan dalam aplikasi dapat menyebabkan kematian pada tanaman dan berbahaya bagi pengguna. Gulma di area gawangan nan terbiasa dipertahankan keberadaanya adalah gulma Turnera subulata atau gulma lain yang memiliki bunga kreator madu, karena tanaman/gulma berpunca tersebut bisa menjadi tempat populasi Sycanus spp. predator hama pemakan daun seperti Mahasena corbetti, Setora nitens, dll. Sumber Diakses 24 Mei 2021 Diakses 24 Mei 2021 Diakses 24 Mei 2021 Diakses 24 Mei 2021. Diakses 25 Mei 2021 Diakses 25 Mei 2021 Penyalin Tulus Tri Margono,SP. MP. Yani Maryani, SP. Source Uploaded byAshShoob 0% found this document useful 0 votes117 views5 pagesDescriptionNAMA ILMIAH GULMA KEBUN KELAPA SAWITCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes117 views5 pagesGulma KEBUN SAWITUploaded byAshShoob DescriptionNAMA ILMIAH GULMA KEBUN KELAPA SAWITFull descriptionJump to Page You are on page 1of 5Search inside document You're Reading a Free Preview Page 4 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. 05 Desember 2022 Gulma dan Cara Menanggulanginya Oleh Fitri Ikayanti, SP Pengawas Benih Tanaman Kota Pontianak Budidaya berbagai jenis tanaman baik tanaman pangan maupun perkebunan tidak terlepas dari keberadaan gulma. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya yang pertumbuhannya tidak dikehendaki dan umumnya merugikan karena dapat menghambat pertumbuhan, mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas produksi dan dapat menjadi sarang hama dan penyakit. Gulma harus segera ditanggulangi pertumbuhannya agar tidak berkembang pesat. Menurut Nasution 1986 ” Gulma merupakan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia. Kerugian yang ditimbulkan antara lain pengaruh persaingan kompetisi mengurangi ketersediaan unsur hara tanaman mendorong efek allelophaty “. Zat allelophaty adalah zat yang bersifat racun bagi tanaman. Terdapat 4 jenis gulma berdasarkan morfologi dan biotaninya yaitu gulma rerumputan grasses, gulma teki-tekian sedges, gulma daun lebar broadleaves dan gulma pakis-pakisan fern Gulma Rerumputan Grasses Gulma rerumputan umumnya berasal dari family gramineae poaceae. Gulma ini memiliki daun yang sempit seperti teki-tekian tetapi memiliki stolon, di dalam tanah stolon membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya tulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis linier, tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun. Contoh gulma rumput-rumputan adalah Imperata cylindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens. Gb. Imperata cylindrica Gulma Teki-Tekian Sedges Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Gulma ini memiliki daya tahan yang sangat baik terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai areal pertanian secara cepat. Ciri dari gulma ini adalah batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga. Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun ligula. Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir spica atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka. Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides. Gb. Cyperus rotundus Gulma Daun Lebar Broadleaves Gulma berdaun lebar umumnya termasuk family Dicotyledoneae dan Pteridophyta. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman budidaya berupa kompetisi cahaya. Ciri dari gulma ini adalah daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp. Gb. Monocharia vaginalis Gulma Pakis-Pakisan Fern Gulma pakis-pakisan Fern misalnya pakis kadal Dryopteris Aridus, pakis Kinca Neprolepsis Biserata, paku pedang Neprolepsis Exaltata Gb. Paku Pedang Neprolepsis Exaltata Teknik Pengendalian Gulma Pengendalian gulma adalah usaha yang dilakukan untuk menekan laju perkembangbiakan gulma agar tidak mengganggu tanaman budidaya. Gulma di lahan pertanian tidak harus selalu dikendalikan dari awal sampai panen. Pengendalian harus dilakukan pada waktu yang tepat, sehingga biaya, waktu, dan tenaga dapat lebih hemat. Waktu yang tepat untuk mengendalikan gulma adalah waktu periode kritis tanaman, yaitu periode di mana tanaman sangat peka terhadap faktor lingkungan. Periode ini biasanya terjadi umur 1/4 atau 1/3 sampai 1/2 umur tanaman Zakaria dan Burhan 1999. Terdapat beberapa teknik pengendalian gulma yang dapat diterapkan petani melalui usaha pencegahan preventif, pengendalian secara fisik/mekanis, pengendalian secara kimia serta pengendalian secara biologi. – Pencegahan Preventif Merupakan usaha pengendalian gulma melalui upaya-upaya pencegahan diantaranya Pembersihan lahan dari gulma sebelum membudidayakan tanaman. Penyeleksian atau pemisahan biji gulma yang mungkin ikut tercampur di benih atau yang melekat pada alat-alat pertanian. Penggunaan pupuk kandang yang sudah matang guna mencegah kontaminasi biji gulma. Pencegahan pengangkutan tanaman, tanah maupun benda yang memberikan potensi pemindahan biji gulma maupun gulma ke lahan budidaya. – Pengendalian secara fisik/mekanis Merupakan pengendalian gulma yang dilakukan oleh petani dengan alat-alat pertanian melalui kegiatan pengolahan tanah, pembabatan pemangkas, penggenangan, pembakaran dan penggunaan mulsa. – Pengendalian secara kimiawi Pengendalian gulma cara kimiawi dengan menggunakan herbisida. Cara ini efektif dilakukan karena dapat mengemat waktu dan tenaga namun penggunaan herbisida secara terus menerus pada lahan pertanian berdampak merugikan seperti terjadinya pergeseran gulma dominan, resistensi beberapa jenis gulma, gangguan kesehatan pemakai serta keracunan pada tanaman dan hewan peliharaan. Aplikasi herbisida sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul – WIB dan disesuaikan dengan kondisi angin dan curah hujan. Penggolongan Herbisida berdasarkan daya efektifasnya pada gulma 1. Herbisida Selektif Yaitu herbisida yang hanya berfungsi lebih efektif mematikan gulma tertentu saja contohnya Ametrin, Diuron, Oksifluorfen, Klomazon dan Karfentrazon. 2. Herbisida Non Selektif Yaitu herbisida yang dapat mematikan seluruh jenis gulma contohnya Glifosat dan Paraquat Penggolongan Herbisida berdasarkan tipe translokasi herbisida di dalam organ gulma yaitu 1. Herbisida Kontak tidak ditranslokasikan Herbisida ini mematikan gulma yang terkena/kontak langsung dengan herbisida. Herbisida kontak bersifat tidak dialirkan ke seluruh organ gulma atau tidak ditranslokasikan. Herbisida kontak cepat mematikan gulma namun gulma cepat tumbuh kembali karena mematikan hanya yang terkena herbisida saja sehingga tidak sampai pada akarnya. Contoh dari herbisida kontak Oksifluorfen, Oksadiazon dan Propanil. Ketiga jenis herbisida ini bersifat selektif yaitu efektif mematikan gulma jenis tertentu sedangkan Parakuat dan Glufosinat bersifat non selektif sehingga dapat mematikan seluruh jenis gulma. 2. Herbisida Sistemik ditranslokasikan Herbisida sistemik mematikan gulma mulai dari tajuk/daun yang terkena herbisida diteruskan ke seluruh jaringan gulma. Herbisida jenis ini dapat langsung diaplikasikan kepada tajuk gulma maupun ke tanah tempat tumbuh gulma. Contoh herbisida yang dialirkan melalui tajuk adalah glifosat, sulfosat dan ester sedangkan herbisida yang dialirkan melaui tanah adalah Ametrin, Atrazin, Metribuzin dan Diuron. Beberapa Jenis Herbisida dan Sifatnya Glifosat Etilen diamine, nama kimiawi N-phosphonomethyl glycine merupakan herbisida sistemik non selektif yang diaplikasikan melalui daun, mempunyai spektrum luas, bersifat translokatif kuat, tidak aktif dalam tanah, cepat terdegradasi dan mempunyai kemampuan mengendalikan gulma annual, biennial, dan perennial dari jenis rumput, teki, dan berdaun lebar. Gejala kematian gulma terlihat pada 2 – 4 minggu setelah aplikasi Lamid et al. 1998. Paraquat atau 4-bipyridynium kation dichloride, termasuk herbisida pasca tumbuh yang bersifat kontak. Herbisida ini tidak dapat diserap oleh bagian tumbuhan yang tidak berwarna hijau seperti batang dan akar, serta hanya mematikan bagian tumbuhan yang terkena butir semprot secara langsung, sedangkan bagian lain yang tidak terkena semprot akan tetap normal Moenandir 1990. Penoksulam merupakan herbisida golongan sulfonilurea yang dapat digunakan sebagai herbisida pasca tumbuh, setelah mempunyai 3 – 4 daun Brown 1989; Hay 1990. Herbisida ini mempunyai spektrum yang luas dan mempunyai sifat yang selektif Mobreg dan Cross 1990. Oksifluorfen merupakan herbisida pra tumbuh yang bersifat selektif dan efektif untuk mengendalikan gulma golongan berdaun lebar dan golongan rumput pada kedelai Moenandir 1990. Herbisida oksifluorfen ini dapat membunuh biji-biji gulma yang akan berkecambah, sehingga biji-biji gulma tersebut tidak bisa tumbuh dan berkembang. – Pengendalian secara biologi Pengendalian gulma dengan cara biologi dapat dilakukan karena setiap spesies gulma mempunyai musuh alami. Pengendalian gulma dilakukan dengan menekan populasi gulma dengan musuh alami seperti insekta, fungi, ternak, ikan, dan sebagainya sehingga keberadaan gulma sudah tidak lagi merugikan. Apabila keadaan ini dapat dipertahankan, usaha pengendalian lain tidak diperlukan. Referensi diakses tgl 22-11-2022 file///C/Users/master/Downloads/ diakses tgl 30-11-2022 tgl 28-11-2022 tgl 28-11-2022 Op. Bid Pertanian 0% found this document useful 0 votes1K views4 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes1K views4 pagesGambar Dan Nama Latin Gulma Beserta KeterangnnyaJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Weed vegetation analysis is important to do in order to know the composition and structure of the vegetation to determine the appropriate weed control measures. This study aims to compare the composition and structure of weeds on peatland immature oil palm plantations and mature palm. This research was conducted from October to December 2020. Vegetation analysis was carried out using a survei method with purposive sampling technique. The parameters observed were density, frequency, dominance, important value index INP, summed dominance ratio SDR and species diversity index H'. The results showed that the composition of weeds on immature oil palm plantations was found 12 species with number of individual 847, while on mature palm found 9 species with number of individuals 980. The dominant weed structure on immature oil palm plantations is Lempuyangan with SDR values 29,9 % and mature palm is Bandotan with SDR value 23,4%. Weed diversity index on immature oil palm plantations and mature palm is categorized as high with a value of for immature oil palm plantations and for mature palm. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Agroteknologi, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021 17 – 24 17 PERBANDINGAN VEGETASI GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Elaeis guineensis Jacq. MENGHASILKAN DAN BELUM MENGHASILKAN DI LAHAN GAMBUT Comparison of Weed Vegetation in Mature and Immature Oil Palm Plantation Elaeis guineensis Jacq. on Peatland ENDAH DWI SUSANTI1, NOVITA HERA 1*, SYUKRIA IKHSAN ZAM 1 1Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. Soebrantas Km 15 Pekanbaru, Riau *E-mail novitahera86 ABSTRACT Weed vegetation analysis is important in order to know the composition and structure of the vegetation to determine the appropriate weed control measures. This study aims to compare the composition and structure of weeds on peatland immature oil palm plantations and mature palm. This research was conducted on October - December 2020. Vegetation analysis was carried out using a survei method with purposive sampling technique. The parameters observed were density, frequency, dominance, important value index INP, summed dominance ratio SDR and species diversity index H'. The results showed that the composition of weeds on immature oil palm plantations was found 12 species with number of individual 847, while on mature palm found 9 species with number of individuals 980. The dominant weed structure on immature oil palm plantations is Panicum repens L. with SDR values 29,9 % and mature palm is Ageratum conyzoides L. with SDR value 23,4%. Weed diversity index on immature oil palm plantations and mature palm is categorized as high with a value of for immature oil palm plantations and for mature palm. Keywords immature plants, mature plants, oil palm, weeds. PENDAHULUAN Perkebunan kelapa sawit Elaeis guinensis Jacq. merupakan komoditi utama yang dikembangkan di Indonesia dan merupakan salah satu penunjang pendapatan negara dari sektor non migas. Kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki prospek yang cukup cerah dalam perekonomian di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan kesempatan kerja yang luas Perdamean, 2017. Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi dengan luas areal perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia yaitu 2,21 juta hektar pada tahun 2017 dan mengalami peningkatan pada 2018 menjadi 2,32 juta hektar BPS, 2018. Terlepas dari terjadinya peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Riau, di Indonesia telah terjadi penurunan produksi kelapa sawit. Produksi kelapa sawit pada bulan Januari hingga Maret tahun 2020 sebanyak 10,99 juta ton dan mengalami penurunan 12,66 % dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 12,57 juta ton Yuniartha, 2020. Dengan adanya penurunan jumlah produksi perkebunan kelapa sawit disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adanya gulma yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit tersebut. Gulma merupakan semua jenis vegetasi tumbuhan yang menyebabkan gangguan pada daerah pertanaman, sehingga menimbulkan kerugian, karena dapat menimbulkan penurunan produksi baik secara kualitas dan kuantitas. Menurut Sembodo, 2010 gulma dapat mengganggu dan merugikan, sehingga perlu dikendalikan. Jenis jenis gulma yang menyusun vegetasi di lapangan pada umumnya mempunyai sifat sifat yang berbeda antara jenis satu dengan yang lain. Menurut Pranjaya dkk. 2017 kehadiran gulma pada lahan gambut relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah tanah mineral. Pada daerah lahan gambut memperlihatkan jumlah keanekaragaman jenis gulma tidak banyak, akan tetapi jumlah individu tiap jenis gulma banyak. Sebaliknya pada tanah mineral memperlihatkan adanya Perbandingan Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Susanti, et al. 18 kecenderungan bertambahnya keanekaraga- man jenis gulma, sedangkan untuk jumlah individu biasanya tidak begitu banyak. Adanya kehadiran gulma merupakan pesaing bagi tanaman perkebunan, areal yang didominasi oleh gulma seperti Mikania micrantha, Asystasia cromandeliana dan Imperata cylindrica dapat menurunkan produksi sampai 20% Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014. Hal ini terjadi karena terjadinya persaingan antara gulma dengan tanaman utama untuk mendapatkan unsur hara, cahaya, CO2, air dan ruang tumbuh. Oleh karenanya pengendalian gulma perlu dilakukan untuk melindungi tanaman perkebunan seperti kelapa sawit. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanis ataupun secara kimia sesuai jadwal pengendaliannya. Di lapangan umumnya dalam mengendalikan gulma hanya melihat secara fisik tanpa mengetahui banyak atau sedikitnya gulma dan tidak diketahui jenis gulma yang dominan, morfologi dan daur hidupnya. Akibatnya pengendalian yang dilakuakan tidak efektif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai vegetasi gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan vegetasi gulma pada tanaman kelapa sawit belum menghasikan TBM dan menghasilkan TM. Manfaat penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai komposisi dan struktur vegetasi gulma pada lahan gambut perkebunan kelapa sawit TBM dan TM serta dapat digunakan sebagai langkah awal sebelum dilakukan pengendalian gulma. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit milik masyarakat di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Titik koordinat lokasi penelitian terletak di 0°24’03. 1’’ - 0°24’ LS dan 101°26’ - 101° 27’ BT dengan ketinggian pada lahan perkebunan kelapa sawit TM dan TBM ± 21-25 m di atas permukaan laut dpl. Analisis data dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi, Mikrobiologi dan Ilmu Tanah PEMTA Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2020. Beberapa bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah label, kertas manila, tali raffia, benang jagung, kantung plastik, koran, kardus, alkohol 70% dan sampel gulma. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini ialah oven, meteran, digital soil tester, pancang, parang, alat tulis, kamera, jarum jahit, pisau cater, apikasi plantnet dan altimeter. Metode penelitian yang digunakan ialah menggunakan metode survei lapangan secara purposive sampling pada areal pertanaman perkebunan kelapa sawit TBM dan TM di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar. Pengambilan sampel dibuat blok utama berukuran 30 x 20 m pada masing masing lahan TBM dan TM dimana terdapat 1 blok pada lahan TBM dan 1 blok pada lahan TM yang di dalamnya dibuat plot. Pembuatan plot dilakukan dengan ukuran 1 x 1 m dan jumlah petakan plot 24 Adriadi dkk., 2012. Penentuan blok dilakukan menggunakan metode purposive sampling dengan pertimbangan kondisi blok yang dianggap dapat mewakili keseragaman pertumbuhan gulma yang berbeda Syahputra dkk., 2011. Pada setiap plot pengamatan dilakukan identifikasi dan dicatat jenisnya dan dihitung. Gulma yang sudah dicabut dari plotnya kemudian dipisah setiap jenisnya dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 80° C selama 24 jam atau sampai kering kemudian di buat koleksi gulma. Parameter Pengamatan Dihitung berdasarkan keberadaan gulma dengan menggunakan rumus menurut Heddy, 2012 1. Kerapatan K = ∑ Jumlah individu satu jenis 2. Kerapatan Relatif KR = x 100 3. Frekuensi F = Jumlah plot ditemukan satu jenis 4. Frekuensi Relatif FR = x 100 5. Dominansi D = Berat Kering 6. Dominansi Relatif DR = x 10 0 7. Indeks Nilai Penting INP = FR+KR+DR 8. Summed Dominance Ratio SDR = NP 3 Jurnal Agroteknologi, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021 17 – 24 19 9. Indeks Keanekaragaman H’ = ∑pi In pi ; dengan Pi = Ni/n Keterangan H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis Pi = Peluang Kepentingan Untuk Tiap Jenis Ni = Jumlah Individu Setiap Satu Jenis n = Jumlah Total Individu Menurut Magurran, 2004 klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon Winer dibagi dalam beberapa kriteria yaitu H’ > Keanekaragaman sangat tinggi H’= – Keanekaragaman tinggi H’= – Keanekaragaman sedang H’ < 1 Keanekaragaman rendah HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Kubang Jaya merupakan Desa yang sebagian mayoritas penduduk nya bekerja sebagai petani perkebunan kelapa sawit. Kebanyakan perkebunan kelapa sawit di Desa Kubang Jaya ini merupakan kelapa sawit milik pribadi. Perkebunan kelapa sawit pada penelitian yang telah dilakukan ini dikelola tidak lebih dari 34 ha. Lahan yang di kelola merupakan lahan gambut di mana lahan tersebut mempunyai sifat yang masam dengan lengas yang tinggi, lahan tersebut dikelilingI oleh drainase dan perkebunan kelapa sawit pada penelitian ini ditanam dengan jarak tanam 9x8 m pada lahan TBM dan 9x9 m pada lahan TM. Jenis dan Komposisi Gulma Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit Desa Kubang Jaya didapatkan golongan gulma berdaun lebar, rumputan, teki-tekian dan paku- pakuan. Komposisi gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM terdapat 12 spesies dengan jumlah individu 847 dan pada perkebunan kelapa sawit TM terdapat 9 spesies dengan jumlah individu 980. Komposisi dan jenis gulma dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi dan jenis Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit TBM dan TM Desa Kubang Jaya Boreria latifolia Aubl. Melastoma malabraticum L. Digitaria ciliaris Rets Koeler. Eleusine indica L. Gaertn. Axonopus compressus Sw. Nephrolepis bisserata Sw. Schott. Stenochlaena palustris Bedd. Berdasarkan Tabel 1 di perkebunan kelapa sawit TBM gulma yang paling banyak ditemukan adalah gulma rumputan spesies Panicum repens yang berjumlah 322 individu, gulma ini ditemukan pada 17 plot penelitian. Pada perkebunan kelapa sawit TM gulma yang paling banyak ditemukan gulma berdaun lebar spesies Ageratum conyzoides yang berjumlah 357 individu gulma ini ditemukan pada 19 plot penelitian. Komposisi gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM dan TM banyak ditemukan gulma golongan daun lebar dan rumputan dibandingkan spesies teki-tekian dan paku- Perbandingan Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Susanti, et al. 20 pakuan. Hal ini berkaitan dengan lahan gambut yang merupakan jenis tanah yang mampu menyimpan air dalam jumlah yang besar sehingga mampu untuk menjadi tempat berkembang biaknya gulma berdaun lebar dan rumputan. Pada perkebunan kelapa sawit ini pemupukan yang diberikan ialah Dolomit, Urea, KCl, TSP. Pupuk urea sendiri merupakan pupuk kimia yang mengandung unsur N yang berkadar tinggi. Hal ini sesuai dengan Syam dan Yenni, 2013 yang menyatakan bahwa gulma berdaun lebar adalah spesies gulma yang banyak membutuhkan air dan unsur hara N lebih tinggi dibandingkan spesies gulma lainnya. Pada penelitian ini banyaknya jenis spesies gulma yang tumbuh di perkebunan kelapa sawit TM sebanyak 9 spesies, tidak sebanyak pada TBM yang terdapat 12 spesies gulma. Hal ini karena tajuk pada kelapa sawit TM sudah saling menutupi oleh karenanya penerimaan intensitas cahayanya rendah dan akan berpengaruh pada keberagaman komposisi jenis gulma pada lahan perkebunan kelapa sawit tersebut. Menurut Dahlianah, 2019 lingkungan yang berbeda pada tanaman perkebunan kelapa sawit tahap TBM dan juga pada tahap TM akan mempengaruhi komposisi gulma yang berada di suatu tempat itu. Struktur Vegetasi Gulma Pada perkebunan kelapa sawit TBM telah ditemukan 6 spesies gulma berdaun lebar, 3 spesies gulma rumputan, 1 spesies gulma teki-tekian dan 2 spesies gulma paku- pakuan sedangkan pada perkebunan kelapa sawit TM telah ditemukan 5 spesies gulma berdaun lebar, 2 spesies gulmaa rumputan, 1 spesies gulma teki-tekian dan 1 spesies gulma paku-pakuan. Dari data tersebut telah di dapatkan nilai kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, INP dan SDR. Struktur vegetasi gulma pada perkebunan kelapa sawit belum menghasilkan TBM dan menghasilkan TM dapat di lihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Struktur Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit TBM Boreria latifolia Aubl. Melastoma malabraticum L. Eleusine indica L. Gaertn. Nephrolepis bisserata Sw. Schott. Stenochlaena palustris Bedd. Berdasarkan Tabel 2 telah ditemukan 12 spesies gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM. Pada parameter yang diamati di atas yang memiliki nilai SDR tertinggi adalah gulma rumputan spesies Panicum repens dimana gulma ini memiliki nilai SDR sebesar Tingginya nilai SDR menunjukan bahwa populasi gulma ini paling banyak pada perkebunan kelapa sawit TBM. Pada perkebunan kelapa sawit TBM tajuk tanaman belum lebat sehingga menyebabkan gulma Panicum repens mendominasi atau banyak ditemukan pada perkebunan kelapa sawit TBM hal ini dikarenakan bahwa gulma lempuyangan dengan familia Poaceae menyukai habitat yang berhawa panas dan dapat hidup di tempat tanpa naungan seperti pada perkebunan kelapa sawit belum menghasilkan TBM. Hal ini sesuai dengan Muis dkk. 2008 yang menyatakan bahwa gulma dengan familia Poaceae dapat tumbuh baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air serta memerlukan penyinaran matahari. oleh karenanya gulma lempuyangan dapat mendominasi dan tumbuh baik di perkebunan kelapa sawit TBM. Menurut Dahlianah, 2019 gulma Panicum repens lempuyangan berkembang biak dengan menggunakan biji serta memiliki pertumbuhan yang cepat dengan kemampuan daya bereproduksinya amat tinggi. Gulma Panicum repens memiliki “rhizome” sebagai alat perkembangbiakan utama dan rhizome ini juga dapat Jurnal Agroteknologi, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021 17 – 24 21 menghasilakn anakan. Gulma ini juga menghasilkan biji namun memiliki viabilitas yang sangat rendah, seperti halnya gulmam alang-alang. Hal ini juga yang menyebabkan gulma ini mendominasi lahan perkebunan kelapa sawit TBM karna memiliki kemampuan berkembang biak yang sangat banyak menggunakan rimpang dan biji yang sangat ringan dan mudah terbawa angin oleh karenanya gulma ini dapat tumbuh banyak dan dapat bersaing dengan kelapa sawit TBM. Menurut Moenandir 2010 gulma jenis Panicum repens, Cyperus rotundus, Paspalum conjugatum dan Imperata cylindrica yang terdapat perkebunan kelapa sawit tergolong gulma yang sangat jahat karena memiliki distribusi yang luas dan daya saing yang tinggi dengan tanaman pokok dan sulit untuk dimatikan. Gulma yang memiliki nilai SDR tinggi lainnya setelah Panicum repens adalah Boreria latifolia sebesar ini disebabkan karena jumlah individu ditemukan di setiap plot hal ini karena gulma Boreria latifolia dapat tumbuh banyak dan berkembang pada daerah terbuka ataupun ternaungi dengan keadaan tanah yang lembab dan gulma ini dapat berbunga sepanjang tahun sehingga gulma ini dapat dominan dan banyak ditemukan pada setiap plot lahan perkebunan kelapa sawit TBM. Menurut Faisal dkk. 2011 gulma Boreria latifolia dapat tumbuh dominan pada tanah kering dan lembab di daerah terbuka atau ternaung serta berbunga sepanjang tahun, penyebarannya meliputi 20-1600 mdpl. Tabel 3. Struktur Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit TM Boreria latifolia Aubl. Digitaria ciliaris Rets Koeler. Axonopus compressus Sw. Nephrolepis bisserata Sw. Schott. Berdasarkan Tabel 3 yang memiliki nilai SDR tertinggi ialah gulma berdaun lebar spesies Ageratum conyzoides sebesar 23,4%, Asystasia gangetica sebesar 22,5 %, dan Boreria latifolia sebesar 22,3%. Ageratum conyzoides merupakan gulma berdaun lebar yang memiliki nilai SDR tertinggi di perkebunan kelapa sawit TM. Tingginya nilai SDR pada gulma ini menunjukkan bahwa populasi gulma ini lebih banyak dari spesies gulma lainnya. Pada perkebunan kelapa sawit TM tajuk tanaman sangat lebat sehingga menyebabkan beberapa jenis gulma tertentu yang dapat tumbuh pada intensitas cahaya yang rendah. Gulma dengan familia Asteraceae dari jenis bandotan dapat hidup tanpa naungan atau dengan naungan yang tinggi dengan intensitas cahaya yang rendah seperti pada lahan perkebunan kelapa sawit TM. Menurut Reader dan Buck 2000 gulma familia Asteraceae dapat berkembang biak melalui biji dan memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan seperti sedikit air, sampai tempat basah dan tahan terhadap naungan. Gulma Ageratum conyzoides ini sangat merugikan dalam menggunakan ruang hidup Menurut Suyani 2017 gulma Ageratum conyzoides mempunyai penghambat tumbuh yang dilepas ke lingkungan karena adanya senyawa alelopati yang dihasilkan oleh gulma dan bersifat racun. Menurut Afrianti 2014 Ageratum conyzoides bandotan merupakan spesies gulma golongan berdaun lebar yang banyak membutuhkan air serta unsur hara N yang lebih tinggi dibandingkan unsur P dan juga K. Jenis lahan pada penelitian ini mendukung untuk pertumbuhan gulma bandotan karena sifat lahan gambut yang memiliki kandungan organik dan dapat menyimpan air dalam jumlah yang banyak dan pada penelitian ini salah satu pemupukan yang diberikan ialah pupuk urea yang mengandung unsur N yang tinggi sehingga gulma ini memiliki populasi yang banyak sehingga mendapatkan nilai SDR yang tinggi. Kebutuhan akan air, unsur hara serta ruang tumbuh terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya sehingga gulma ini dapat berkembang biak banyak. Pada lahan perkebunan kelapa sawit Perbandingan Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Susanti, et al. 22 TBM dan TM banyak ditemukan gulma Boreria latifolia. Pada lahan penelitian gulma ini cukup dominan pada perkebunan kelapa sawit TBM dan TM. Hal ini dikarenakan gulma ini dapat tumbuh baik pada daerah ternaungi seperti pada TM dan dapat tumbuh baik pada daerah terbuka seperti pada TBM. Sehingga gulmaini dapat tumbuh dengan banyak. Gulma ini berbunga setiap tahun dan menyukai tempat kering atau lembab sesuai dengan lahan gambut yang memiliki kadar air dan bahan organik yang tinggi. Menurut Lucito dkk. 2017 gulma Boreria latifolia dapat tumbuh pada kondisi lembab ataupun kering, terbuka ataupun ternaungi dan berbunga sepanjang tahun gulma ini tahan terhadap naungan sehingga dalam kondisi tajuk tanaman kelapa sawit yang saling menutupi gulma ini masih bisa mendominasi perkebunan diantara gulma lainnya. Faktor Lingkungan dan Iklim Umumnya gulma akan beradabtasi pada keadaan lingkungan dan iklim yang sesuai bagi pertumbuhannya, seperti pH tanah, suhu udara dan tanah, curah hujan dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap populasi gulma. Data faktor lingkungan dan iklim perkebunan kelapa sawit di Desa Kubang Jaya dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Data Faktor Lingkungan Tabel 5. Data Iklim Kabupaten Kampar Pada Bulan Oktober-November 2020 Suhu Udara rata-rata per bulan Kelembaban rata-rata per bulan Curah hujan rata-rata per bulan Sumber BMKG 2020 Berdasarkan Tabel 4 pH tanah pada perkebunan kelapa sawit TBM yaitu 5 dan pada TM yaitu yang menandakan bahwa pH tanah masam. Nilai pH tanah pada kedua lahan tersebut berbeda sehingga spesies dan banyaknya pupulasi gulma antara tbm dan tm berbeda. Menurut Suryatini 2018 faktor yang menyebabkan berbedanya keanekaragaman gulma dilihat dari pH tanah, ketinggian tempat, intesitas cahaya, suhu dan bahan organik tanah. Berdasarkan Tabel 4 pH tanah pada perkebunan kelapa sawit TBM yaitu 5 dan pada TM yaitu yang menandakan bahwa pH tanah masam. pH tanah yang berbeda pada kedua lahan tersebut menyebabkan berbedanya spesies dan banyaknya pupulasi gulma. Suhu pada perkebunan kelapa sawit TM lebih rendah dan dingin dibandingkan TBM hal ini berkaitan dengan tajuk pada perkebunan kelapa sawit TM lebih banyak dan tinggi dibandingkan pada TBM sehingga cahaya matahari yang mengenai permukaan tanah sedikit dan menyebabkan suhu pada kelapa sawit TM lebih rendah. Menurut Iswandi 2012 kisaran toleransi suhu bagi tiap tumbuhan sangat bervariasi. Secara garis besarnya mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda tergantung pada umur tanaman, keseimbangan hara dan keadaan musim. Berdasarkan pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata rata suhu udara pada saat penelitian bulan Oktober-November yaitu 27°C, dengan kelembaban 82%-84% dan curah hujan yang mengalami peningkatan pada bulan oktober hingga November dari 19,05 sampai 602,81 mm. Hal ini sesuai dengan lingkungan untuk gulma berkembang biak. Pada areal TBM populasi yang banyak dan memiiliki nilai SDR tertinggi yaitu terdapat pada famililia Poaceae dari spesies Panicum repens. Menurut Tjisoepormo 2009 suhu udara yang baik untuk pertumbuhan gulma familia Poaceae berkisar antara 19-27 ºC, dengan suhu optimum 23 ºC, gulma dengan familia ini dalam penyerbukan dibantu oleh angin. Dengan suhu udara rata-rata per bulan pada penelitian ini yaitu 27°C dapat membantu laju pertumbuhan dan perkembangbiakan gulma Panicum repens karena suhu pada penelitian ini menandakan suhu udara panas dengan sinar matahari yang cukup sehingga metabolisme dan fotosintesis gulma berjalan dengan baik dan cocok untuk pertumbuhan dan perkembangbiak- an gulma lempuyangan. Pada perkebunan kelapa sawit TM populasi terbanyak atau yang memiliki nilai SDR tertinggi terdapat pada gulma berdaun lebar familia Asteraceae dengan spesies Ageratum conyzoides. Menurut Palijama dkk. 2012 Jurnal Agroteknologi, Vol. 12 No. 1, Agustus 2021 17 – 24 23 kelembaban yang tinggi menyebabkan lebih banyak gulma golongan daun lebar dibandingkan yang lain, karena gulma golongan daun lebar lebih banyak menyerap air sehingga pertumbuhan-nya sangat cepat. Kelembaban pada penelitian ini tergolong tinggi hal ini merupakan salah satu faktor gulma berdaun lebar jenis bandotan memiliki populasi yang banyak dan mendapatkan nilai SDR tertinggi. Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman jenis pada pada penelitian di perkebunan kelapa sawit ini didapatkan kriteria yang sama pada perkebunan kelapa sawit TBM dan TM. Nilai dari indeks keanekaragaman yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Indeks Keanekaragaman Jenis Indeks keanekaragaman dari masing-masing lokasi perkebunan kelapa sawit TBM 1,50 dan TM 1,65, yang mengindikasikan bahwa nilai indeks keanekaraagaman yang tidak jauh berbeda antara TBM dan TM. Nilai tersebut menunjukan bahwa tingkat keanekaraman jenis pada perkebunan kelapa sawit TBM dan TM sama yaitu termasuk kriteria tinggi. Menurut Afrianti dkk. 2014 suatu komunitas memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies, sebaliknya suatu komunitas dikatakanmemiliki keanekaragaman yang rendah apabila komunitas tersebut disusun oleh spesies yang sedikit. Tingkat keanekaragaman dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pH tanah, suhu, kelembaban, curah hujan, unsur hara serta jarak tanam. Tingkat keanekaragaman dalam penelitian ini termasuk kriteria tinggi angka keanekaragaman gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM dan TM tergantung pada jarak tanam apabila jarak tanam sempit gulma akan semakin sulit tumbuh, semakin lebar jarak tanam maka semakin mudah gulma untuk tumbuh. Hal ini sesuai dengan Pertiwi, 2018 tingginya keanekaragaman pada setiap plot penelitian disebebkan oleh jarak tanam perkebunan kelapa sawit yang lebar, akibatnya gulma akan mudah tumbuh dan berkompetisi memperebutkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang vegetasi gulma di perkebunan kelapa sawit TBM dan TM di Desa Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu didapatkan kesimpulan sebagai berikut 1. Komposisi gulma yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit TBM yaitu 12 spesies dengan jumlah individu 847 sedangkan pada TM terdapat 9 spesies dengan jumlah individu 980. 2. Stuktur gulma yang dominan pada perkebunan kelapa sawit TBM adalah Panicum repens L. dengan nilai SDR 29,9%, dan pada perkebunan kelapa sawit TM adalah Ageratum conyzoides L. dengan nilai SDR 23,4 %. 3. Indeks keanekaragaman jenis gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM dan TM dikategorikan tinggi dengan nilai 1,50 untuk TBM dan 1,65 untuk TM. Saran Pada perkebunan kelapa sawit TBM gulma yang mendominasi ialah gulma rumputan dan pada perkebunan kelapa sawit TM gulma yang mendominasi ialah gulma berdaun lebar, disarankan agar petani melakukan pengendalian secara mekanis dengan cara membabat 3 minggu sekali dan secara kimiawi menggunakan herbisida yang berbahan aktif paraquat yang bersifat kontak. Hal ini bertujuan untuk tidak mematikan gulma secara menyeluruh hanya menekan pertumbuhannya saja terkecuali pada gulma berkayu, karena dilahan gambut gulma juga memiliki peran penting yaitu dapat mencegah dan meminimalisir terjadinya kebakaran. DAFTAR PUSTAKA Adriadi, A., Chairul, dan Solfiyeni. 2012. Analisis Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Elais quinensis Jacq. di Kilangan Muaro Bulan Batang Hari. Jurnal Biologi, 12 108-115. Afrianti, I., R. Yolanda, dan Purnama. 2014. Analisis Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Elais quinensis Jacq. di Desa Suka Maju Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FKIP Perbandingan Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit Susanti, et al. 24 Prodi Biologi, 11 1-6. BPS. 2018. Statistik Kelapa Sawit Indonesia, Indonesian Oil Palm Statistics 2018. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 98 hal. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Riau. 2020. Data Online Pusat BMKG. Diakses Tanggal 14 Desember 2020. Dahlianah, I. 2019. Keanekaragaman Jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Manggaraya Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin. Jurnal Indobiosains, 11 30-37. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Pedoman Budidaya Kelapa Sawit. Kementrian Pertanian. Jakarta. 190 hal. Faisal, R., Siregar, dan Anna, N. 2011. Inventarisasi Gulma pada Tegakan Tanaman Muda Eucalyptus Spp. Fakultas Pertanian USU. Medan. Heddy. 2012. Metode Analisis Vegetasi dan Komunitas. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 165 hal Iswandi. 2012. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. UNP Press. Padang. 223 hal. Lucito, Soejono, dan Santosa. 2017. Komposisi Gulma Pada Arah Kemiringan Yang Berbeda Di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Agromast, 22 1-10. Maguran, 2004. Meansuring Biological Diversity. United Kingdom. Blackwell Publisihing. 261p. Moenandir. 2010. Ilmu Gulma Dalam Sistem pertanian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 181 hal. Muis, A., C. Khairani., Sukarjo, dan 2008. Petunjuk Teknis Teknologi Pendukung Pengembangan Agribisnis Desa P4MI. https// docpl ologi-pendukung-pengembangan-agribis nis-di-desap4mi . Tanggal 17 Desember 2020. Palijama, W., J. Riry, dan Wattimena. 2012. Komunitas Gulma pada Pertanaman Pala Myristica frograns H. Belum Menghasilkan dan Menghasilkan di Desa Hutumuri Kota Ambon. Jurnal Budidaya Pertanian. 12 134-142. Pardamean, M. 2017. Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit, Mengelola Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta. 362 hal. Pertiwi, N. Herlina, dan Elsie. 2018. Analisis Vegetasi Gulma Lahan Gambut Perkebunan Kelapa Sawit Elais guinensis Jacq. di Kelurahan Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesissir, Provinsi Riau. Bio-Site. 4241-47. Pranjaya, Soejono, dan Kristalisasi. 2017. Komposisi Gulma di Lahan Gambut dan di Tanah Mineral Pada Kebun Kelapa Sawit TM. Jurnal Agromast, 21 1-12 Reader dan Buck. 2000. Pertumbuhan Gulma Pada Kondisi Lingkungan. PT Gramedia Press. Jakarta. 72 hal. Sembodo, 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Bogor. 166 hal. Suyani., Soejono, dan Mawandha. 2017. Komposisi Gulma pada Lahan Mineral di Perkebunan Kelapa Sawit TBM dan TM di Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Jurnal Agromast, 22 1-11. Suryatini, L. 2018. Analisis Keragaman Dan Komposisi Gulma Pada Tanaman Padi Sawah Studi Kasus Subak Tegal Kelurahan Paket Agung Kecamatan Buleleng. Jurnal Sains dan Teknologi, 7177-89. Syam, Z. dan Yenni. 2013. Pengaruh Kerapatan Gulma Siamih Ageratum conyzoides L. terhadap Tanaman Cabe Keriting Capsicum annum L.. Proseding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Lampung. 505-510. Syahputra, E., Sarbino, dan S. Dian. 2011. Weeds Assesment di Perkebunan Kelapa Sawit Lahan Gambut. Jurnal Perkebunan Lahan Tropika, 11 37-42. Tjitrosoepomo, G. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 278 hal. Yuniartha, L. 2020. Produksi Sawit Indonesia pada Kuartal I-2020 Turun 12% Menjadi 10,99 Juta Ton. id/news/produksi-sawit-indonesia-pada- kuartal-i-2020-turun-12-menjadi-1099-jut a-ton. Diakses Tanggal 08 Mei 2020. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Palijama Johan WattimenaNutmeg Myristica fragrans H is native to Indonesia, which has been known as herbal plants. Its planting areas, however, are often hindered by the presence of unwanted plants. Weeds are among the plant pest organisms PPO, which inhibit the growth, development and productivity of crops. Identification of dominant weed species is the first step in determining the success of weed control. This research was conducted in Hutumury Village, Ambon, with an aim to determine weed species composition and dominant weed species in producing and non producing juvenile nutmeg plantations. The process of data collection in the field was undertaken by a survey method. The results showed 18 weed species were found in the plantation of non producing phase and 13 weed species were found in the plantation of producing phase. In the producing plantation, the dominant weed species was Selaginella plana Heron with an SDR value of In the non producing plantation, the dominant weed was also Selaginella plana Heron with an SDR value of The overall dominant weeds in the nutmeg plantations belonged to the annual broad leaf Kelapa Sawit Indonesia, Indonesian Oil Palm StatisticsBPS. 2018. Statistik Kelapa Sawit Indonesia, Indonesian Oil Palm Statistics 2018. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 98 Gulma pada Tegakan Tanaman Muda Eucalyptus SppR FaisalE B M SiregarN Dan AnnaFaisal, R., Siregar, dan Anna, N. 2011. Inventarisasi Gulma pada Tegakan Tanaman Muda Eucalyptus Spp. Fakultas Pertanian USU. Analisis Vegetasi dan Komunitas. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 165 hal IswandiHeddyHeddy. 2012. Metode Analisis Vegetasi dan Komunitas. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 165 hal Iswandi. 2012. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. UNP Press. Padang. 223 Gulma Pada Arah Kemiringan Yang Berbeda Di Perkebunan Kelapa SawitW C LucitoA T SoejonoT N B SantosaLucito, Soejono, dan Santosa. 2017. Komposisi Gulma Pada Arah Kemiringan Yang Berbeda Di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Agromast, 22 E MaguranMaguran, 2004. Meansuring Biological Diversity. United Kingdom. Blackwell Publisihing. Gulma Dalam Sistem pertanian. PT Raja Grafindo PersadaMoenandirMoenandir. 2010. Ilmu Gulma Dalam Sistem pertanian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 181 Teknis Teknologi Pendukung Pengembangan Agribisnis Desa P4MIA MuisC KhairaniY P SukarjoRahardjoMuis, A., C. Khairani., Sukarjo, dan 2008. Petunjuk Teknis Teknologi Pendukung Pengembangan Agribisnis Desa P4MI. https// docpl ologi-pendukung-pengembangan-agribis Tanggal 17 Desember Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit, Mengelola Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Profesional. Penebar SwadayaM PardameanPardamean, M. 2017. Kupas Tuntas Agribisnis Kelapa Sawit, Mengelola Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta. 362 hal.

nama latin gulma kelapa sawit dan gambarnya